MATERI : MANAJEMEN PERSEDIAAN
Persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian perusahaan industri. Persediaan di perlukan untuk dapat melakukan proses produksi.
Jenis- jenis dan Perputaran
Persediaan
Ada 3 bentuk utama dari
persediaan perusahaan yaitu :
1. Persediaan Bahan Mentah (Raw Material Inventory)
2. Persediaan Barang Dalam Proses
(Work in Process Inventory)
3. Persediaan Barang Jadi ( Finished Goods Inventory)
Masing-masing dari bentuk persediaan tersebut dapat dihitung tingkat perputarannya:
1. Raw Material Turnover =
Cost of raw material used :
Persediaan
1/1 (awal tahun) |
= |
Rp 40.000,00 |
|
Pembelian
selama 1 tahun (neto) |
= |
Rp
110.000,00 |
(+) |
|
|
Rp
150.000,00 |
|
Persediaan
31/12 (akhir tahun) |
= |
Rp 20.000,00 |
(-) |
|
|
Rp
130.000,00 |
|
Raw Material Turnover =
2. Work in Process Turnover =
Cost of goods manufactured :
Persediaan
(WiP) 1/1 |
|
|
|
= |
Rp 60.000,00 |
|
Cost of material used |
= |
Rp
130.000,00 |
|
|
|
|
Direct labor |
= |
Rp
110.000,00 |
|
|
|
|
Manufacturing overhead |
= |
Rp 90.000,00 |
(+) |
|
|
|
|
|
|
|
= |
Rp
330.000,00 |
(+) |
|
|
|
|
|
Rp
390.000,00 |
|
Persediaan
(WiP) 31/12 |
|
|
|
= |
Rp
160.000,00 |
(-) |
|
|
|
|
|
Rp
230.000,00 |
|
WiP Turnover =
3. Finished Goods Turnover =
Cost of goods sold :
Persediaan
(finished goods) 1/1 |
= |
Rp
210.000,00 |
|
Cos of goods manufactured |
= |
Rp
230.000,00 |
(+) |
|
|
Rp
440.000,00 |
|
Persediaan
(finished goods) 31/12 |
= |
Rp
110.000,00 |
(-) |
|
|
Rp
330.000,00 |
|
Finished goods Turnover =
Dalam perusahaan dagang pada
dasarnya hanya ada satu golongan inventory
yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu yang disebut “Merchandise
Inventory” (persediaan barang dagangan).
Tingkat perputaran barang perniagaan (Merchandise turnover):
atau
Average Merchandise Inventory =
Persediaan
barang 1/1 |
= |
Rp 30.000,00 |
|
Pembelian
selama 1 tahun |
= |
Rp
400.000,00 |
(+) |
|
|
Rp
430.000,00 |
|
Persediaan
barang 31/12 |
= |
Rp 50.000,00 |
(-) |
Harga
Pokok Penjualan (HPP) |
|
Rp
380.000,00 |
|
Average Merchandise Inventory =
Merchandise Turnover =
Hari rata-rata penjualan / hari rata-rata barang disimpan digudang :
=
Biaya Persediaan
Biaya Persediaan sebagian merupakan biaya variabel dan sebagian merupakan biaya tetap.
Ø Biaya Variabel
Biaya yang berubah-ubah yang disebabkan oleh perubahan jumlah persediaan yang ada di gudang.
Ø Biaya Tetap
Biaya
yang tidak terpengaruh dengan jumlah persediaan yang disimpan.
Economical Order Quantity (EOQ)
Adalah penentuan jumlah optimal
kuantitas pemesanan persediaan.
Biaya yang diperhitungkan dalam penggunaan EOQ :
A. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Adalah biaya yang diperlukan untuk melakukan pemesanan sampai harga itu tiba digudang dan siap untuk dipergunakan.
1. Untuk pengadaan dari luar biaya pesan meliputi : biaya yang dikeluarkan untuk persiapan melakukan pesanan, pengiriman pesanan, penerimaan barang, kehilangan potongan jumlah, pengendalian pembayaran, dll.
2.
Untuk pengadaan barang dari dalam (dengan membuat sendiri) biaya pesan meliputi
: Set-up cost saja.
B. Biaya pemeliharaan / Biaya Simpan (Carrying Cost)
Adalah biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu yang pada umumnya akan meningkat dengan meningkatnya persediaan yang disimpan.
1. Biaya simpan meliputi : biaya penyimpanan, biaya asuransi, pajak, kemerosotan (cadangan) untuk kemungkinan rusaknya barang dalam persediaan, biaya atas modal yang terikat dalam persediaan, dll.
2.
Biaya simpan biasanya dinyatakan dalam satuan biaya perunit perperiode atau
dalam persentase nilai persediaan perperiode.
C. Biaya Kehabisan Bahan (Stock Out Cost)
Adalah biaya
yang timbul karena tidak tersedianya bahan yang cukup. Biaya kehabisan bahan
meliputi : kerugian penjualan karena kehilangan kesempatan, biaya atas
rescheduling produksi, biaya untuk pemesanan khusus, dll
Cara menentukan besarnya EOQ
EOQ =
R =
Kebutuhan (penggunaan) bahan tahunan
S
= Biaya pemesanan setiap kali pesan
P = Harga
beli perunit yang dibayar
I =
Persentase biaya simpan dan pemeliharaan
Misalkan:
Permintaan
tahunan 9.000 unit. Biaya pesan Rp 500,00. Biaya simpan 1,6%. harga beli
perunit Rp 1.000,00.
Penentuan kuantitas yang paling optimal :
EOQ =
Reorder-Point (titik Pemesanan Kembali) = ( ROP )
Pemesanan akan segera diterima sesudah diadakan pemesanan, tetapi didalam kenyataan seringkali dibutuhkan beberapa hari sejak saat barang dipesan sampai dengan saat diterimanya pemesanan tersebut (ada lead time).
Reorder-point atau ROP = Lead Time x Kuantitas pemakaian per hari.
Misalkan:
Pemakaian perhari dari contoh soal diatas adalah =
Jika
diketahui lead time adalah selama 4 hari, maka ROP akan dialakukan pada saat
jumlah persediaan dalam perusahaan sebesar : 4 x 25 unit = 100 unit.
Jadi pesanan akan diterima pada saat persediaan diperusahaan berjumlah nol.
Untuk menghindari resiko kehabisan persediaan, maka perusahaan dapat menetapkan jumlah persediaan minimum yang selalu ada dalam perusahaan atau disebut dengan “Safety Stock”.
Misalkan:
Perusahaan menetapkan jumlah
safety stock sebesar 100 unit dan diketahui pula bahwa lead time selama 4
hari,serta kuantitas pemakaian perhari 25 unit. ROP untuk keadaan tersebut
adalah :
= Safety stock + kebutuhan selama lead
time
= 100 unit + (4 x 25) = 200 unit
Dengan adanya safety stock 100 unit maka rata-rata investasi dalam persediaan :
Biaya pemeliharaan setelah
adanya safety stock :
1,6% x Rp 475.000,00 = Rp 7.600,00
Biaya pemeliharaan sebelum
adanya safety stock :
Potongan Harga
Misalkan:
Dari contoh soal sebelumnya, perusahaan akan mendapatkan potongan harga sebesar 5%, apabila perusahaan mau membeli atau memesan sebesar 2 kali. Apakah perusahaan harus menerima tawaran tersebut ?
A. |
Harga
bahan baku : 9.000 x 1.000,00 x 95% |
= |
Rp
8.550.000,00 |
B. |
Biaya
pemesanan : |
= |
Rp 3.000,00 |
C. |
Biaya
simpan : |
= |
Rp 12.000,00 |
D. |
Total
biaya persediaan : A + B + C |
= |
Rp
8.565.000,00 |
Apabila perusahaan tidak memanfaatkan potongan tersebut :
A. |
Harga
bahan baku : 9.000 x 1.000,00 |
= |
Rp
9.000.000,00 |
B. |
Biaya
pemesanan : |
= |
Rp 6.000,00 |
C. |
Biaya
simpan : |
= |
Rp 6.000,00 |
D. |
Total
biaya persediaan : A + B + C |
= |
Rp
9.012.000,00 |
Rp 9.012.000,00 – Rp
8.565.000,00 = Rp 447.000,00
Maka sebaiknya perusahaan
memanfaatkan potongan tersebut, karena akan dapat penghematan, sehingga dapat
menutup kenaikkan biaya simpan.
Soal-soal :
1.
Sebuah perusahaan komputer beroperasi dalam kondisi persaingan pasar yang
sangat tajam dalam pembuatan semi konduktor. Ia meminta manajer gudang untuk
mempertahankan persediaan besi sebesar 10.000 unit. Penjualan tahunan
diperkirakan sebesar 5.000.000 unit. Biaya pembuatan Rp 10.000,00 perunit.
Biaya simpan 40%, karena tingkat keusangan yang tinggi. Biaya scheduling
production run Rp 500.000,00. Tentukan :
a. EOQ
b.
Berapa biaya persediaan total setiap tahun?
c.
Jika persediaan besi diturunkan menjadi 5.000 unit, bagaimana
pengaruhnya terhadap biaya persediaan ?
d.
Jika biaya production run menjadi Rp 800.000,00, berapakah kuantitas
produksi optimal ?
2.
Permintaan tahunan : 1.000.000 unit. Biaya pemesanan setiap kali pesan : Rp
3.500,00. Biaya simpan : 25%. harga
beli perunit Rp 1.000,00. Lengkapilah table dibawah ini :
Jumlah
pesanan |
10.000 |
25.000 |
50.000 |
100.000 |
Frekuensi
pesanan |
… |
… |
… |
… |
Rata-rata
persediaan |
… |
… |
… |
… |
Biaya
simpan (Rp) |
… |
… |
… |
… |
Biaya
pesan (Rp) |
… |
… |
… |
… |
Total
biaya (Rp) |
… |
… |
… |
… |
3.
PT. BIG BOSS, merencanakan akan menghasilkan 80.000 unit produk jadi setiap
tahun.
Setiap
unit memerlukan 2 kg bahan baku dengan harga per kg Rp 50,00. Persediaan awal bahan
baku 12.000 kg dan persediaan akhir yang diinginkan 21.000 kg. Biaya pemesanan
Rp 7.000,00 perpesanan dan biaya penyimpanan 15%. Pengiriman memerlukan waktu 4
minggu. Tentukan :
a. Berapa
kuantitas pemesanan yang paling optimal ?
b.
Apabila safety stock ditentukan 10.500 kg, berapa ROP nya ?
c. Berapa
rata-rata investasi dalam persediaan ?
d. Berapa
biaya pemeliharaan setelah adanya safety stock ?
Pengendalian Sistem Persediaan dengan Just In Time ( JIT )
Just in Time adalah suatu filosofi operasi berdasarkan continuous improvement dan penghapusan pemborosan di semua bidang dalam perusahaan.
Tujuan JIT adalah untuk
menghasilkan produk yang benar, pada kuantitas yang benar, pada tempat yang
benar, dan pada waktu yang tepat untuk mencapai tujuan operasional yang telah
direncanakan. Filosofi JIT tergantung pada seberapa baik pelaksanaan TQM (Total Quality Management ) pada manufacturing dan pemasok.
Penghapusan pemborosan, respek
terhadap orang, continuous improvement,
berfokus ke customer, hubungan
kemitraan dengan pemasok, dan implementasi JIT.
¤ Penghapusan Pemborosan
Agar dapat menghapus pemborosan,
suatu perusahaan seharusnya menetapkan apakah suatu aktivitas menambah (atau
tidak) nilai dari sudut pandang customer. Dan seharusnya JIT berfokus pada
aktivitas yang langsung berkaitan dengan sesuatu yang diperhatikan dan
dipertahankan oleh costumer.
Mengidentifikasi jenis
pemborosan, misalnya :
s Pemborosan akibat produksi yang
berlebihan
s Pemborosan karena menunggu
s Pemborosan dalam transportasi
s Pemborosan dalam pemrosesan
s Pemborosan dalam persediaan
s Pemborosan dalam barang-barang
/ komponen-komponen yang rusak
¤ Respek Terhadap Orang
Improvement produktivitas tidak
dapat dicapai tanpa dukungan semua orang. Pada dasarnya orang adalah yang
membuat sesuatu terjadi, yang
bertanggung jawab untuk ke berhasilan organisasi, untuk quality
management, dan untuk menghapus pemborosan.
Suatu elemen yang paling penting
adalah “Good People Management“, yang
dimulai dengan respek terhadap orang sebagai individu, antara lain:
s Penciptaan lingkungan kerja
yang aman dan layak
s Dorongan terhadap orang untuk
mau menunjukkan dan mengembangkan bakat dengan memberikan mereka tanggung jawab
dan wewenang.
¤ Continuous Improvement
Untuk menjalankan continuous improvement, manajemen
seharusnya berusaha tanpa kenal lelah.
JIT bukan suatu proyek yang
memiliki akhir, melainkan suatu proses yang berjalan terus, seperti perjalanan
hidup yang panjang. Continuous
improvement membuat perubahan bertahap, yang dalam jangka pendek tidak akan
tampak jelas, tetapi dalam jangka panjang kontribusi continuous improvement akan sangat jelas kelihatan. Salah satu cara
untuk melakukan continuous improvement
adalah dengan menggunakan Statistical
Process Control.
¤ Berfokus ke Customer
JIT tidak berfokus pada volume
penjualan atau biaya, melainkan berfokus ke customer, untuk :
s Penggerakan kualitas
s Improvement produktivitas
s Keberhasilan organisasi
Pemenuhan kebutuhan customer
berarti penyerahan produk berkualitas tinggi dengan pengorbanan minimum dari
customer.
¤ Kemitraan dengan Pemasok
Adalah suatu keterikatan dalam
rantai nilai (volume chain) antara manufacturer dan pemasok yang mendukung
manajemen yang lebih baik dalam menghadapi resiko dan mengurangi permintaan
sumber daya organisasi melalui pemotongan aktivitas-aktivitas yang tidak
bernilai tambah.
Hubungan kemitraan JIT adalah
dengan saling menjalin kerja sama, yang salah satu tujuannya untuk menghasilkan
hubungan saling menguntungkan ( win-win
relationship ).
Pola kemitraan baru antara
manufacturer dan pemasok meliputi :
s Mengadakan informasi biaya,
skedul dan kontrol kualitas
s Mengadakan penghapusan
pemesanan atau pembelian produk untuk disimpan
s Melibatkan pemasok dalam
pengembangan spesifikasi desain
s Membentuk kerja sama untuk
memecahkan masalah
s Mengadakan kunjungan antara
pemasok dan manufacturer
s Menggunakan electronic data
interchange
¤ Implementasi JIT
Filosofi produksi JIT tidak dapat dilaksanakan dalam satu malam. Banyak perusahaan memerlukan waktu bertahun-bertahun untuk mewujudkan continuous improvement di berbagai bidang.
Beberapa perubahan atau
penyesuaian yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan aktivitas operasi,
secara garis besar adalah:
·
Manajemen
harus melaksanakan secara penuh filosofi JIT
·
Semangat
kerja sama antara manajer dan para karyawan harus dicapai dan dipertahankan
·
Layout fasilitas pabrik harus menunjang
pelaksanaan sistem JIT
·
Waktu
yang diperlukan untuk mengubah dari satu pekerjaan ke pekerjaan berikutnya
dikurangi secara drastis, agar jumlah bahan atau alat-alat yang dibutuhkan
menjadi berkurang
·
Ketepatan
mesin harus cukup tinggi
·
Pengubahan
desain produk untuk meningkatkan penggunaan komponen-komponen baku
·
Pemasok
yang sesuai harus didapatkan dan hubungan kemitraan yang erat terus
dikembangkan
Kelebihan Sistem Produksi Just In Time (JIT)
Banyak kelebihan yang dapat dinikmati dalam menerapkan sistem produksi Just In Time, diantaranya sebagai berikut :
- Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi.
- Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga hanya memerlukan modal kerja yang rendah.
- Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya pemborosan akibat produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang akan menjadi semakin rendah.
- Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan mendadak dalam permintaan.
- Memerlukan penekanan pada kualitas
bahan-bahan produksi yang dipasok oleh Supplier (Pemasok) sehingga dapat mengurangi
waktu pemeriksaan dan pengerjaan ulang.
Kelemahan sistem produksi Just In Time (JIT)
Meskipun banyak kelebihan yang
bisa didapat, Sistem Produksi Just In
Time ini masih memiliki kelemahan, yaitu :
- Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan atau “Zero Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk melakukan perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan produksi ataupun produk jadi yang mengalami kecacatan. Hal ini dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan produksi dan produk jadi yang sangat minimum.
- Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam kualitas maupun ketepatan pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup perusahaan manufakturing yang bersangkutan. Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan mengakibatkan terhambatnya semua jadwal produksi yang telah direncanakan.
- Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi Transaksi yang tinggi.
- Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan akan sulit untuk memenuhi permintaan yang mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi yang lebih.
Banyak Perusahaan Manufakturing
yang menerapkan sistem produksi Just In
Time ini menikmati keuntungan yang signifikan seperti Toyota dan beberapa
perusahaan manufaktur Jepang yang telah menerapkannya sejak tahun 1950an .
Namun keberhasilan Sistem Produksi Just
In Time sangat tergantung pada komitmen seluruh karyawan perusahaan mulai
dari level yang terendah hingga pada level yang tertinggi.
Konsep Total Quality Management ( TQM ) / Manajemen Mutu Terpadu
Adalah pendekatan manajemen
baru, mempunyai filosofi baru dalam manajemen persediaan, yaitu menjalin
hubungan saling menguntungkan dengan pemasok.
Manfaat dari kerja sama tersebut
dapat meningkatkan kualitas produk, sehingga perusahaan lebih mampu memenuhi
kebutuhan customer, tidak hanya untuk
jangka pendek melainkan untuk jangka panjang tidak mengenal akhir
Comments
Post a Comment